01 June 2011

Selamat Hari Lahir Pancasila - Sejarah Lahirnya Pancasila 1 Juni 2011

Setelah hari kemarin saya posting tentang Video Sinta dan Jojo Hamil 3 Bulan dan Kumpulan Video Mix YOUTUBE Peribadi Terpopuler, maka hari ini saya akan update artikel terbaru lagi, yaitu Selamat Hari Lahir Pancasila - Sejarah Lahirnya Pancasila.


Trik-tips Blog - Download - Pada 29 Mei-1 Juni 1945, beberapa bulan sebelum pencetusan proklamasi kemerdekaan Indonesia, para pemimpin, para founding-father yang tergabung dalam organisasi Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) melangsungkan sidangnya untuk merumuskan falsafah negara bagi Negara Indonesia.

Selama tiga hari, 3 orang pembicara, yaitu Muhammad Yamin, Soepomo dan Soekarno sama-sama mengemukakan 5 azas bagi negara Indonesia merdeka. Pada hari ketiga, Soekarno yang juga mengusulkan dan memberikan 5 azas, dengan menambahkan bahwa kelima azaz yang adalah tata-cara tatanan hidup, prinsip hidup bangsa sejak turun terumurun, merupakan satu kesatuan utuh yang disimpulkan dan disebut dengan nama Pancasila. Dan pidato atau uraian atau sambutannya ini diterima baik oleh sidang. Karenanya, tanggal 1 Juni 1945, tanggal dimana Soekarno memberikan uraiannya mengenai falsafah negara yang disebut Pancasila ini, diketahui dan dicatat dan diterima oleh para anggota sidang BPUPKI sebagai Hari Lahirnya Pancasila!

Setelah proklamasi 17 Agustus 1945, beberapa orang utusan dari daerah, antaranya: Sam Ratulangi (Sulawesi), Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), I. Ktut Pudja (Nusatenggara) dan Latu Harhary (Maluku), menyatakan keberatan akan bagian kalimat rancangan Pembukaan UUD yang juga sila pertama Pancasila sebelumnya yang berbunyi: "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya".
Pada 18 Agustus 1945, setelah berkonsultasi dengan 4 orang tokoh Islam yaitu Kasman Singodimedjo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo dan Teuku M.Hasan, maka demi persatuan dan kesatuan bangsa, Mohammad Hatta mengusulkan agar kalimat yang menjadi keberatan utusan daerah itu diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".

Dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, rancangan UUD 1945 diterima, dan Pancasila yang digali, dicetuskan, dan dilahirkan pada 1 Juni 45 itu, ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.
Setelah Pancasila diakui sebagai Dasar Negara Indonesia, apa yang mesti kita ketahui? Apakah hanya sekedar tahu bahwa Pancasila itu adalah 5 Dasar, Palsafah dan Idiologi Negara dan kita hafal luar kepala akan sila-silanya, sehingga kita bisa bebas atau terlepas dari sweeping organisasi pemuda yang sok Pancasilais, seperti yang terjadi di Jember pada Agustus 2007 yang lalu? Apakah kita hanya akan seperti burung beo yang pandai berkata dan berucap tetapi tidak memahami dan menghayati apalagi melaksanakan arti dan maknanya? Untuk bisa memahami, mendalami dan menghayati Pancasila sebagai Dasar Negara, sebagai ideologi, sebagai falsafah negara dan rakyat, kita mesti dan harus memahami secara jelas akan makna setiap sila dari Pancasila itu!

1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Makna dari sila ini adalah: Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Kemanusaan yang Adil dan Beradab. Makna dari sila ini adalah: Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia, tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia. Makna dari sila ini adalah: Menjaga persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber Bhinneka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Kebijaksanaan Dalam Permusyawatan/Perwakilan, yang bermakna: mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Ini bermakna: Bersikap adil terhadap sesama, menghormati hak-hak orang lain, menolong sesama dan menghargai orang lain

Begitu antara lain sedikit cuplikan secara singkat, sejarah dan uraian arti dan makna Pancasila, dari Wikipedia. Ensiklopedia.
Semenjak lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945, banyak sekali gandalan dan hambatan yang ingin merobah dan menggantikan Pancasila sebagai idiologi rakyat dan negara Indonesia. Setelah berhasilnya dengan baik Pemilihan Umum tahun 1955, pada tahun berikutnya, kaum agama yang menjadi wakil-wakil rakyat di Parlemen, menghendaki agar dasar Negara Indonesia bukan Pancasila, tetapi agar Indonesia menjadikan agama. sebagai falsafah bangsa dan dasar negara. Akan tetapi wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, yaitu anggota-anggota Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI) berjuang mati-matian mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara dan falsafah bangsa.

Dengan terjadinya Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan oleh Letkol. Untung, Kol. A. Latief dan Brigjen Suparjo yang semuanya adalah bawahan dan orang-orang dekatnya Jenderal Soeharto (alm), yang melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap para Jenderal ABRI, maka Pancasila mendapatkan sorotan kembali.

Dikatakan bahwa penculikan dan pembunuhan para jenderal yang diluar Perikemanusiaan dan Ketuhanan oleh G30S itu sebagai melanggar Pancasila, karenanya G30S yang dengan licik oleh Soeharto diembel-embeli PKI dibelakngnya, yang dituduh mau merobah Pancasila, dibabat habis. Kaum militer katanya berhasil "menyelamatkan" Pancasila dari kaum Komunis, dan Pancasila itu sendiri dianggap sakti karena katanya "PKI tidak berhasil merobahnya ataupun melenyapkannya". Dan dijadikanlah 1 Oktober sebagai "Hari Kesaktian Pancasila". Setiap tahunnya 1 Oktober dirayakan secara meriah dan besar-besaran dengan pameran kekuasaan militer Ordebaru/Soeharto, sebagai hari "kesaktian" Pancasila,

"Keberadaan Pancasila sebagai sebuah falsafah hidup mengundang tanda tanya besar ketika 1 Oktober dijadikan sebagai hari Kesaktian Pancasila. Sebagian orang memandang keinginan untuk mempertahankan peninggalan kebijakan orde baru itu justru melemahkan esensi Pancasila sebagai falsafah, penuntun manusia untuk hidup sebagai layaknya manusia beradab. Betapa tidak, bila Kesaktian Pancasila itu lahir atas dasar peristiwa berdarah, yang merupakan lembaran hitam bangsa ini. Logika mana yang dapat membenarkan bahwa Pancasila dianggap sakti ketika militer dan rakyat berhasil "menyelamatkannya" dengan melenyapkan jutaan nyawa manusia Indonesia yang notabene mengakui Pancasila sebagai miliknya juga? Jika pun yang dibunuh itu adalah kaum komunis, adakah Pancasila menuntun bangsa ini untuk menghabisi nyawa mereka? Bukan hasrat ingin mengecilkan arti gugurnya beberapa jenderal di Lubang Buaya, namun apakah Pancasila mengajarkan untuk membunuhi orang lain (baca: rakyat) sebagai bayaran bagi tujuh jenderal itu? Tidaklah salah jika ada kalangan yang berpandangan bahwa pembunuhan besar-besaran pasca peristiwa 30 September 1965 itu bukan atas arahan atau tuntunan Pancasila, tetapi dilakukan oleh "oknum" pemerintah transisi saat itu. Artinya, Pancasila tidak harus menjadi kambing hitam sebagai "terdakwa" dalam diskursus ini. Jika logika tersebut boleh kita adopsi bersama sebagai sebuah kebenaran, maka sesungguhnya yang sakti itu bukan Pancasila, tetapi "oknum" pemerintah transisi masa itu alias pemerintah orde baru. Jadi seharusnya bukan hari Kesaktian Pancasila, tetapi hari Kesaktian Orde Baru. Jadi, nampak sekali bahwa Orde Baru tidak menggunakan Pancasila untuk kesejahtraan rakyat dan bangsa, namun hanya untuk kepentingan penguasa dan golongannya. Sesungguhnya, melalui praktek-prakteknya, justru Orde Baru/Soeharto sebenarnya membunuh Pancasila itu sendiri. Selama 32 tahun berkuasa secara otoriter, Soeharto melupakan, bahkan menahan dan membunuh pelan-pelan penggali dan penemu falsafah Pancasila itu sendiri yaitu Bung Karno. Bahkan Soeharto tidak mengakui 1 Juni sebagai hari dilahirkannya rumusan falsafah Pansasila itu oleh Bung Karno, sebaliknya Soeharto "menetapkan" tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila! Untuk bisa dilihat seolah-olah sebagai pengemban Pancasila, sebagai Pancasilais sejati, selama kekuasaannya, Soeharto dan pengikutnya mengumandangkan dan mengobral kata-kata "melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekwen", namun pada prakteknya mengingkari isi dan makna setiap sila: Ketuhanan, Kemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan bahkan Keadilan Sosial. Tegasnya, mengingkari Pancasila itu sendiri!
Selama berkuasa, dengan menggunakan orang-orangnya, seperti Jenderal Sarwo Edhi Wibowo, Jenderal Soemitro, Jenderal Soedomo, Jenderal Kemal Idris, Kolonel Yasir Hadibroto dan banyak lagi lainnya, Jenderal Soeharto telah melakukan kejahatan kemanusian yang terbesar di abad modern ini dengan memerintahkan (pengakuan Sarwo Edhi, Kemal Idris dan Yasir Hadibroto) untuk melakukan pembunuhan atas jutaan manusia rakyat Indonesia, memenjarakan ratusan ribu rakyat yang juga memiliki, mengakui dan mempertahankan Pancasila sebagai milik dan falsafah hidup mereka.

Rakyat dikelabui dan diperbodoh dengan "pelaksanaan" sila-sila dari Pancasila versi Orde Baru, hingga membuat rakyat menjadi apatis dan bermasa-bodoh. Karena praktek-praktek kekejamanan kemanusiaan yang dilakukan Orde Baru yang menggunakan Pancasila sebagai perisai, sebagai permainan lidah, maka falsafah hidup Pancasila itu menjadi kurang popular dan tidak merata di kalangan rakyat. Nampaknya, Pancasila lebih banyak hanya sebagai kebanggaan lahiriah, daripada pelaksanaan sebagai dasar negara dan falsafah hidup. Lebih dari itu, Pancasila digunakan oleh Orde Baru sebagai tameng untuk mendiskreditkan bangsa dan rakyat Indonesia. Hanya digunakan untuk kepentingan Ordebaru/Soeharto dan kliknya.

Hal ini bisa kita lihat, dengan tidak banyaknya lagi ceramah-ceramah umum tentang Pancasila, penyebaran ajaran-ajarannya dan tidak meresapnya falsafah itu kelubuk hati setiap manusia Indonesia, atau dengan kata lain sebagai tidak me-rakyat. Satu dan lain hal karena perbuatan Orde Baru/Soeharto yang telah mendiskreditkan dan membunuh badan dan jiwa, tubuh dan ajaran-ajaran. Soekarno, Pemimpin Besar Revolusi Indonesia, Bapak Bangsa, penggali, penemu dan perumus Pancasila!
Siswono Yudo Husodo Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila, menulis: "Pancasila sebagai ideologi negara kebangsaan Indonesia, akhir-akhir ini, terasa pamornya sedang menurun. Tampaknya, sejak awal reformasi hingga saat ini sedang terjadi declining (kemunduran) pamor ideologi Pancasila seiring meningkatnya liberalisasi dan demokratisasi dunia.

Sosialisasi Pancasila di masa lalu (masa diktator Soeharto-pen), di mana yang mengikuti penataran memperoleh sertifikat dan menjadi persyaratan dalam promosi jabatan, telah menjadikan Pancasila hafalan, dan tidak mewujud secara substansial pada perikehidupan sehari-hari masyarakatnya. Sebagai ideologi nasional, ia harus diperjuangkan untuk diterima kebenarannya melewati batas-batas negara bangsa kita sendiri. Keberhasilan Pancasila sebagai suatu ideologi akan diukur dari terwujudnya kemajuan yang pesat, kesejahteraan yang tinggi, dan persatuan yang mantap dari seluruh rakyat Indonesia. Tugas kaum terpelajarlah untuk mengartikulasikan keinginan rakyat untuk maju dengan mewarnai Pancasila yang memiliki rumusan tajam di segala bidang untuk menjawab tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan negara kita. Konsepsi dan praktik kehidupan yang Pancasilais terutama harus diwujudkan dalam keseharian kaum elite, para pemimpin, para penguasa, para pengusaha, dan kaum terpelajar Indonesia untuk menjadi pelajaran masyarakat luas."

Selamat Hari Lahir Pancasila!
1 Juni 2011

Silahkan Gabung di Connection Kang Yasin :
Pengumpul RECEH INDO Kang Yasin :
http://kumpulblogger.com/signup.php?refid=117648
Hack Facebook :
Sistem Script ADD Ribuan Teman FACEBOOK
Forum
: http://kang-yasin.indonesianforum.net/forum
Grup CNSB
: http://www.facebook.com/home.php?sk=group_168409269848173&ap=1
Jika Bermanfaat di SHARE dan LIKE FACEBOOK yah jangan lupa COMMENTNYA Terima kasih Atas Kunjungannya.

No comments:

Post a Comment